Reminiscing childhood life (with grandfather)

By Amalina Elvira - Juni 24, 2020



I used to live together with my parent and grandparent. Even everything wasn't easy, it was the sweet ones and it feels good to bring back the memory. 

Remembering my grandfather

Yang aku ingat dari kakekku, he's one of the toughest. Orang yang cukup keras dan disiplin. Meskipun kami tinggal bersama, namun kami berbeda atap. Yang paling kuingat siang itu, aku dan lia sedang menunggu jemputan di SD yang kira-kira memakan waktu 45 menit untuk sampai ke rumah. Ibu yang biasanya menjemput kami tidak kunjung datang, sekolah sudah cukup sepi. Dan, disitulah mbahkung (mbah kakung-panggilan untuk kakek kami) datang dengan mobil sedan tua nya. Ternyata hari itu ibu kami kecelakaan dalam perjalanan menjemput kami, alhamdulillah luka nya tidak terlalu parah.

Oiya, menyebut sedan tua mbahkung, jadi ingat sering sekali kami dijemput mbah, dan sedan nya mogok, atau memang sengaja mampir ke bengkel mobil untuk servis. Sampai sekarang kalau lewat bengkel itu hanya 1 yang kuingat : mbahkung. 

Hari lain, kami yang belum terlalu mengerti dengan apa arti ulang tahun selain menambahkan angka di usia kami, sedang tidur siang. Ya, kami biasa tidur siang di kamar ibu, berbeda ruangan dengan tidur malam. Saat bangun, tanganku menggapai ke atas. Dan, disitulah kami menemukan keyboard dari mbahkung. Mungkin harapan beliau, aku atau lia akan menjadi musisi hahaha 

Banyak kenangan yang kami buat sebelum pada kelas 3 SD aku dan keluarga inti ku akhirnya pindah, dan meninggalkan mbahkung dan mbahti (mbah uti-panggilan untuk nenek) sendiri disana. Berjalan-jalan ke sawah dekat rumah, sekedar melihat sungai atau lahan sawah mbahkung, wah... ternyata aku sangat rindu saat itu. 

Salah satu kebiasaan lain, saat kami ingin menginap di ruangan mbahkung, aku dan lia bukannya tidur di kasur yang sama dengan mbahkung, justru kami menggelar karpet dan tidur di lantai. Rasanya masih ingat juga tataletak dan seprai ijo mengkilat khas kamar mbahkung. Tidak lupa TV tabung berukuran kecil dan lampu yang nyala dan mati dengan sentuhan. 

Sampai saat terakhir mbahkung dirawat, aku masih bisa menggenggam tangan nya, Mungkin bisa dibilang saat itu, aku dan lia adalah cucu terdekatnya. 

Rindu...

Asal beliau bisa tau hal ini...

Ingin rasanya memeluk badan nya lagi, sehat dan tinggi. Mungkin sekarang tinggi kami harusnya sudah sama ya hehehe Ingin pula rasanya sekarang memberi tahu kalau sebentar lagi cucu nya akan menjadi dokter. Ingin rasanya dimarahi lagi (ya, beliau selalu marah saat melihat aku dan lia bertengkar). 

Ingin makan nasi padang bareng mbahkung lagi, tidak lupa minum sprite atau fanta 

Bismillahirrohmanirrohim....al-fatihah,

  • Share:

You Might Also Like

0 comments